1. Bangun pagi
Bangun pagi supaya bisa mempersiapkan segala sesuatunya lebih awal.
2. Mandi pagi
عَنْ
مَالِكٍ عَنْ نَافِعٍ أَنَّ عَبْدَ اللهِ بْنَ عُمَرَ كَانَ يَغْتَسِلُ
يَوْمَ الْفِطْرِ قَبْلَ أَنْ يَغْدُوَ إِلَى الْمُصَلَّى
“Dari Malik dari Nafi’, ia berkata bahwa Abdullah bin Umar dahulu
mandi pada hari Idul Fitri sebelum pergi ke mushalla (lapangan).”
(Shahih, HR. Malik dalam Al-Muwaththa` dan Al-Imam Asy-Syafi’i dari
jalannya dalam Al-Umm)
Dalam atsar lain dari Zadzan, seseorang bertanya kepada ‘Ali
radhiallahu ‘anhu tentang mandi, maka ‘Ali berkata: “Mandilah setiap
hari jika kamu mau.” Ia menjawab: “Tidak, mandi yang itu benar-benar
mandi.” Ali radhiallahu ‘anhu berkata: “Hari Jum’at, hari Arafah, hari
Idul Adha, dan hari Idul Fitri.” (HR. Al-Baihaqi, dishahihkan oleh
Asy-Syaikh Al-Albani dalam Al-Irwa`, 1-176-177))
3. Berpakaian rapih sesuai sunnah
Ummu Athiyyah berkata:
أَمَرَنَا
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ نُخْرِجَهُنَّ فِيْ
الْفِطْرِ وَالْأَضْحَى الْعَوَاتِقَ وَالْحُيَّضَ وَ ذَوَاتِ الْخُدُوْرِ .
فَأَمَّا الْحُيَّضُ فَيَعْتَزِلْنَ الصَّلَاةَ وَيَشْهَدْنَ الْخَيْرَ
وَدَعْوَةَ الْمُسْلِمِيْنَ قُلْتُ يَارَسُوْلَ اللهِ إِحْدَانَا لَا
يَكُوْنُ لَهَا جِلْبَابٌ؟ قَالَ: لِتُلْبِسْهَا أُخْتُهَا مِنْ
جِلْبَابِهَا
“Rasulullah shollallohu alaihi wa sallam memerintahkan kami
mengeluarkan para wanita gadis, haidh, dan pingitan. Adapun yang haidh ,
maka mereka menjauhi sholat, dan menyaksikan kebaikan dan dakwah/doanya
kaum muslimin.Aku berkata: ” Ya
Rasulullah, seorang di antara kami ada yang tak punya jilbab”. Beliau
menjawab: “Hendaknya saudaranya memakaikan (meminjamkan) jilbabnya
kepada saudaranya”. [Al-Bukhory dalam Ash-Shohih (971) dan Muslim dalam
Ash-Shohih (890)]
Namun berpakaian rapih disini bagi wanita bukan berarti berdandan dan
memakai wewangian, karena hal tersebut tidak diperbolehkan bagi kaum
muslimah.
4. Makan sebelum sholat
عَنْ
أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ لاَ يَغْدُو يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ تَمَرَاتٍ.
وَقَالَ مُرَجَّأُ بْنُ رَجَاءٍ: حَدَّثَنِي عُبَيْدُ اللهِ قَالَ:
حَدَّثَنِي أَنَسٌ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَيَأْكُلُهُنَّ وِتْرًا
Dari Anas bin Malik ia berkata: Adalah Rasulullah tidak keluar di
hari fitri sebelum beliau makan beberapa kurma. Murajja‘ bin Raja‘
berkata: Abdullah berkata kepadaku, ia mengatakan bahwa Anas berkata
kepadanya: “Nabi memakannya dalam jumlah ganjil.” (Shahih, HR Al-Bukhari
Kitab Al-’Idain Bab Al-Akl Yaumal ‘Idain Qablal Khuruj)
5. Jalan kaki ke musholla (tempat sholat) Ied
Ali bin Abi Tholib-Radhiyallahu anhu- berkata:
مِنَ السُّنَّةِ أَنْ تَخْرُجَ إِلَى الْعِيْدِ مَاشِيًا
“Termasuk perbuatan sunnah, kamu keluar mendatangi sholat ied dengan berjalan kaki”. [HR.At-Tirmidzy dalam As-Sunan (2/410); di-hasan-kan Al-Albany dalam Shohih Sunan At-Tirmidzy (530)]
Abu ‘Isa At-Tirmidzy- rahimahullah-berkata dalam Sunan At-Tirmidzy
(2/410), “Hadits ini di amalkan di sisi para ahli ilmu. Mereka
menganjurkan seseorang keluar menuju ied dengan berjalan kaki”.
6. Takbir ketika menuju musholla
كَانَ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ فَيُكَبِّرُ
حَتَّى يَأْتِيَ الْمُصَلَّى وَحَتَّى يَقْضِيَ الصَّلاَةَ، فَإِذَا قَضَى
الصَّلاَةَ؛ قَطَعَ التَّكْبِيْرَ
“Adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar di Hari Raya
Idul Fitri lalu beliau bertakbir sampai datang ke tempat shalat dan
sampai selesai shalat. Apabila telah selesai shalat beliau memutus
takbir.” (Shahih, Mursal Az-Zuhri, diriwayatkan Ibnu Abi Syaibah dan
dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dengan syawahidnya dalam
Ash-Shahihah no. 171)
Asy-Syaikh Al-Albani berkata: Telah shahih mengucapkan 2 kali takbir dari shahabat Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu:
أَنَّهُ
كَانَ يُكَبِرُ أَيَّامَ التَّشْرِيْقِ: اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهٌ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ
الْحَمْدُ
Bahwa beliau bertakbir di hari-hari tasyriq:
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهٌ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
(HR. Ibnu Abi Syaibah, 2/2/2 dan sanadnya shahih)
Namun Ibnu Abi Syaibah menyebutkan juga di tempat yang lain dengan
sanad yang sama dengan takbir tiga kali. Demikian pula diriwayatkan
Al-Baihaqi (3/315) dan Yahya bin Sa’id dari Al-Hakam dari Ikrimah, dari
Ibnu Abbas, dengan tiga kali takbir.
Dalam salah satu riwayat Ibnu ‘Abbas disebutkan:
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا اللهُ أَكْبَرُ وَأَجَلَّ اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
(Lihat Irwa`ul Ghalil, 3/125)
7. Sholat ‘Ied berjama’ah
عَنْ
أَبِي سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ وَاْلأَضْحَى إِلَى
الْمُصَلَّى فَأَوَّلُ شَيْءٍ يَبْدَأُ بِهِ الصَّلاَةُ ثُمَّ يَنْصَرِفُ
فَيَقُوْمُ مُقَابِلَ النَّاسِ وَالنَّاسُ جُلُوْسٌ عَلَى صُفُوْفِهِمْ
فَيَعِظُهُمْ وَيُوْصِيْهِمْ وَيَأْمُرُهُمْ فَإِنْ كَانَ يُرِيْدُ أَنْ
يَقْطَعَ بَعْثًا قَطَعَهُ أَوْ يَأْمُرَ بِشَيْءٍ أَمَرَ بِهِ ثُمَّ
يَنْصَرِفُ
“Dari Abu Sa’id Al-Khudri ia mengatakan: Bahwa Rasulullah dahulu
keluar di hari Idul Fitri dan Idhul Adha ke mushalla, yang pertama kali
beliau lakukan adalah shalat, lalu berpaling dan kemudian berdiri di
hadapan manusia sedang mereka duduk di shaf-shaf mereka. Kemudian beliau
menasehati dan memberi wasiat kepada mereka serta memberi perintah
kepada mereka. Bila beliau ingin mengutus suatu utusan maka beliau utus,
atau ingin memerintahkan sesuatu maka beliau perintahkan, lalu beliau
pergi.” (Shahih, HR. Al-Bukhari Kitab Al-’Idain Bab Al-Khuruj Ilal
Mushalla bi Ghairil Mimbar dan Muslim)
8. Mendengarkan Khutbah
Jamaah Id dipersilahkan memilih duduk mendengarkan atau tidak, berdasarkan hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
عَنْ
عَبْدِ اللهِ بْنِ السَّائِبِ قَالَ: شَهِدْتُ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْعِيْدَ فَلَمَّا قَضَى الصَّلاَةَ قَالَ:
إِنَّا نَخْطُبُ فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَجْلِسَ لِلْخُطْبَةِ فَلْيَجْلِسْ
وَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَذْهَبَ فَلْيَذْهَبْ
Dari ‘Abdullah bin Saib ia berkata: Aku menyaksikan bersama
Rasulullah Shalat Id, maka ketika beliau selesai shalat, beliau berkata:
“Kami berkhutbah, barangsiapa yang ingin duduk untuk mendengarkan
khutbah duduklah dan barangsiapa yang ingin pergi maka silahkan.”
(Shahih, HR. Abu Dawud dan An-Nasa`i. Dishahihkan oleh Asy-Syaikh
Al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Dawud, no. 1155)
9. Mengucapkan Tahni’ah “Taqobbalallohu minna wa minkum”
Ibnu Hajar mengatakan: “Kami meriwayatkan dalam
Al-Muhamiliyyat dengan sanad yang hasan dari Jubair bin Nufair bahwa ia
berkata: ‘Para shahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bila bertemu
di hari Id, sebagian mereka mengatakan kepada sebagian yang lain:
تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكَ
“Semoga Allah menerima (amal) dari kami dan dari kamu.” (Lihat pula
masalah ini dalam Ahkamul ‘Idain karya Ali Hasan hal. 61, Majmu’ Fatawa,
24/253, Fathul Bari karya Ibnu Rajab, 6/167-168)
10. Pulang dengan rute yang berbeda
عَنْ
جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: كَانَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ يَوْمُ عِيْدٍ
خَالَفَ الطَّرِيْقَ
Dari Jabir, ia berkata:” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila
di hari Id, beliau mengambil jalan yang berbeda. (Shahih, HR. Al-Bukhari
Kitab Al-’Idain, Fathul Bari karya Ibnu Hajar, 2/472986, karya Ibnu
Rajab, 6/163 no. 986)
sumber ummushofi.wordpress.com/2011/08/26/amalan-sunnah-di-hari-raya-idul-fitri/
No comments:
Post a Comment