Pagi itu wanita berkerudung ungu itu duduk di pintu masuk masjid. Dari mulutnya terlantun bacaan ayat suci Alquran.
Sementara itu, lelaki muda berbaju hitam di sampingnya mendaras bacaan dengan suara yang halus. Peluh menetes di wajahnya.
Di samping pemuda berbaju hitam, seorang bocah tidur dengan pulasnya. Di belakang mereka beberapa tas berisi pakaian ganti terletak secara bertumpuk.
"Kita sekeluarga mas," kata perempuan bernama Lis Chandra Mukti saat berbincang dengan Dream.co.id, Rabu, 8 Juli 2015.
Anak tertua Lis sebetulnya ikut beriktikaf di masjid itu. Tetapi, menjelang siang, dia bersama teman-temannya berpindah masjid.
"Mereka menuju Masjid Istiqlal," katanya.
Mulai tadi malam, wanita yang tinggal di Perumnas Klender itu sengaja menghabiskan sisa sembilan hari Ramadan di masjid. Dia bersama keluarganya, termasuk suami dan anak-anaknya berdiam di Masjid Sunda Kelapa, Jakarta.
Sayang, ketika Dream berbincang dengan suami Lis, pria tersebut sudah beranjak untuk berangkat kerja.
"Sepulang kerja nanti, suami saya akan ke sini lagi," katanya.
Lis bercerita, tidak ada target khusus selama berdiam diri di mesjid untuk mengharapkan ridha Allah atau iktikaf. Dia hanya ingin menjaga hafalan Alquran anak-anaknya. Maklum, kedua anaknya bersekolah di pesantren. Menurut Lis, kedua anaknya itu sudah bisa menghafal empat juz.
Lis bercerita, ini bukan kali pertama dia bersama keluarga beriktikaf. Ramadan tahun lalu, dia dan keluarga menjalankan iktikaf di Masjid AD Dzikra, Jagakarsa.
Rencananya, tahun ini dia ingin menghabiskan sisa Ramadan di Masjid Sunda Kelapa. "Insya Allah, hingga takbiran nanti kita beriktikaf di sini," harapnya.
Di Masjid Sunda Kelapa, Lis tidak sendiri. Menurut pengurus Masjid Sunda Kelapa, Heri Saliman, ada ratusan jemaah yang biasanya beriktikaf di masjid itu. Jumlah itu melonjak pesat saat iktikaf akbar yang jatuh pada malam 27 Ramadan.
"Biasanya sampai 2.000-an orang jemaah," katanya.
Dia mengatakan jemaah yang hadir biasanya tidak hanya sekitar Jabodetabek. Beberapa jemaah terkadang datang dari luar Pulau Jawa.
Tak hanya di Masjid Sunda Kelapa, suasana khusyuk jemaah yang beriktikaf juga terasa di Masjid Istiqlal Jakarta. Bedanya, di masjid itu beberapa jemaah yang iktikaf tampak tersebar-tersebar. Sebagian ada yang di ruangan utama masjid, beberapa lagi ada di lantai kedua masjid.
Staf Hubungan Masyarakat Masjid Istiqlal Abu Hurairah menjelaskan mulai semalam iktikaf dimulai dengan siraman rohani dari Ustaz Ali Mustafa Yaqub, Imam Besar Masjid Istiqlal. Setelah itu dilanjutkan dengan salat qiyamul lail dan witir serta dilanjutkan dengan tadarus hingga menjelang waktu sahur.
Menurut Abu, jemaah yang beriktikaf di Masjid Istiqlal biasanya mencapai ratusan hingga ribuan orang. Dia dapat memperkirakan jumlah karena nasi kotak yang dipersiapkan panitia selalu habis.
"Tahun lalu kita menyediakan 1.000 nasi kotak untuk sahur dan banyak jemaah yang tidak kebagian," kata pria berkaca mata itu. Di tahun ini, jumlah nasi kotak yang dibagikan bertambah. Abu menyebut ada sekitar 1.500 nasi kotak yang akan dibagikan kepada jemaah.
Abu pun memberi anjuran kepada jemaah untuk tidak membawa barang-barang berharga. Pasalnya, beberapa kali ada jemaah yang kehilangan barang bawaannya.
http://www.dream.co.id/jejak/ramai-ramai-sesaki-masjid-habiskan-ramadan-150708u.html
Sementara itu, lelaki muda berbaju hitam di sampingnya mendaras bacaan dengan suara yang halus. Peluh menetes di wajahnya.
Di samping pemuda berbaju hitam, seorang bocah tidur dengan pulasnya. Di belakang mereka beberapa tas berisi pakaian ganti terletak secara bertumpuk.
"Kita sekeluarga mas," kata perempuan bernama Lis Chandra Mukti saat berbincang dengan Dream.co.id, Rabu, 8 Juli 2015.
Anak tertua Lis sebetulnya ikut beriktikaf di masjid itu. Tetapi, menjelang siang, dia bersama teman-temannya berpindah masjid.
"Mereka menuju Masjid Istiqlal," katanya.
Mulai tadi malam, wanita yang tinggal di Perumnas Klender itu sengaja menghabiskan sisa sembilan hari Ramadan di masjid. Dia bersama keluarganya, termasuk suami dan anak-anaknya berdiam di Masjid Sunda Kelapa, Jakarta.
Sayang, ketika Dream berbincang dengan suami Lis, pria tersebut sudah beranjak untuk berangkat kerja.
"Sepulang kerja nanti, suami saya akan ke sini lagi," katanya.
Lis bercerita, tidak ada target khusus selama berdiam diri di mesjid untuk mengharapkan ridha Allah atau iktikaf. Dia hanya ingin menjaga hafalan Alquran anak-anaknya. Maklum, kedua anaknya bersekolah di pesantren. Menurut Lis, kedua anaknya itu sudah bisa menghafal empat juz.
Lis bercerita, ini bukan kali pertama dia bersama keluarga beriktikaf. Ramadan tahun lalu, dia dan keluarga menjalankan iktikaf di Masjid AD Dzikra, Jagakarsa.
Rencananya, tahun ini dia ingin menghabiskan sisa Ramadan di Masjid Sunda Kelapa. "Insya Allah, hingga takbiran nanti kita beriktikaf di sini," harapnya.
Di Masjid Sunda Kelapa, Lis tidak sendiri. Menurut pengurus Masjid Sunda Kelapa, Heri Saliman, ada ratusan jemaah yang biasanya beriktikaf di masjid itu. Jumlah itu melonjak pesat saat iktikaf akbar yang jatuh pada malam 27 Ramadan.
"Biasanya sampai 2.000-an orang jemaah," katanya.
Dia mengatakan jemaah yang hadir biasanya tidak hanya sekitar Jabodetabek. Beberapa jemaah terkadang datang dari luar Pulau Jawa.
Tak hanya di Masjid Sunda Kelapa, suasana khusyuk jemaah yang beriktikaf juga terasa di Masjid Istiqlal Jakarta. Bedanya, di masjid itu beberapa jemaah yang iktikaf tampak tersebar-tersebar. Sebagian ada yang di ruangan utama masjid, beberapa lagi ada di lantai kedua masjid.
Staf Hubungan Masyarakat Masjid Istiqlal Abu Hurairah menjelaskan mulai semalam iktikaf dimulai dengan siraman rohani dari Ustaz Ali Mustafa Yaqub, Imam Besar Masjid Istiqlal. Setelah itu dilanjutkan dengan salat qiyamul lail dan witir serta dilanjutkan dengan tadarus hingga menjelang waktu sahur.
Menurut Abu, jemaah yang beriktikaf di Masjid Istiqlal biasanya mencapai ratusan hingga ribuan orang. Dia dapat memperkirakan jumlah karena nasi kotak yang dipersiapkan panitia selalu habis.
"Tahun lalu kita menyediakan 1.000 nasi kotak untuk sahur dan banyak jemaah yang tidak kebagian," kata pria berkaca mata itu. Di tahun ini, jumlah nasi kotak yang dibagikan bertambah. Abu menyebut ada sekitar 1.500 nasi kotak yang akan dibagikan kepada jemaah.
Abu pun memberi anjuran kepada jemaah untuk tidak membawa barang-barang berharga. Pasalnya, beberapa kali ada jemaah yang kehilangan barang bawaannya.
http://www.dream.co.id/jejak/ramai-ramai-sesaki-masjid-habiskan-ramadan-150708u.html
No comments:
Post a Comment