Dalam sebuah debat di Oxford Union, Inggris, banyak intelektual yang bertanya kepada Dr Zakir Naik. Mulai dari pengacara, sejarawan hingga Teolog. Oxford Union adalah One of the world's oldest debating societies (salah satu forum debat tertua di dunia).
Salah satu yang mengajukan pertanyaan adalah sekretaris Oxford Union
yang bertanya tentang hijab. "Dalam salah satu pidato, Anda menyatakan
hijab adalah untuk melindungi wanita. Jujur, (menurut saya) itu sesuatu
yang amat mengekang wanita untuk mengambil keputusannya sendiri.
Bagaimana Anda menjawabnya?"
Jawaban Dr Zakir Naik:
Pertanyaan Saudari ini bagus. Terkait perkataan saya, hijab dibutuhkan
oleh wanita. Bukankah itu merendahkan dan mengekang wanita?
Jika Anda membaca Al Qur’an, Al Qur’an menganjurkan untuk berhijab.
Wanita harus tertutup kecuali wajah dan telapak tangan. Hal ini untuk
kesopanan.
Dan sebenarnya tidak hanya dalam Al Qur’an. Tetapi juga dalam Injil.
Jika Anda baca Injil dalam 1 Timotius 2: 9, dikatakan bahwa "Demikian
juga hendaknya perempuan. Hendaklah ia berpakaian tertutup, sopan dan
sederhana, rambutnya jangan berkepang-kepang, jangan memakai emas atau
mutiara ataupun pakaian yang mahal-mahal".
Lebih jauh juga tercantum dalam 1 Kor 11:6 "Sebab jika perempuan tidak
mau menudungi kepalanya, maka haruslah dicukur habis. Tetapi jika bagi
perempuan adalah penghinaan, bahawa rambutnya dicukur, maka haruslah ia
menudungi kepalanya".
Akan tetapi saya tidak setuju dengan pencukuran habis ini, saya hanya mengutipnya dari Injil.
Sama juga jika kita baca Veda, kitab itu juga menyatakan wanita harus menutup rambutnya.
Jadi semua kitab suci agama-agama mengatakan agar wanita menutupi kepalanya. Untuk kesopanan, bukan untuk merendahkan.
Lalu Dr Zakir Naik mengutip beberapa berita dan artikel dari Sunday Times,
bahwa pakaian yang terbuka dan tidak sopan memang secara empiris
berdampak pada resiko pelecehan. Dan hal itu terjadi di Inggris.
Jawaban Dr Zakir Naik membuat Sekretaris Oxford Union tersebut tampak
tersenyum puas, bahkan beberapa kali terlihat ia tertawa. (Tarbiyah.net)
No comments:
Post a Comment