Thursday, August 20, 2015

Menghidupkan Ramadhan setelah Ramadhan



Segala puji hanyalah milik Allah atas segala kenikmatan yang kita rasakan hingga saat ini. Nikmat yang kita sadari ataupun nikmat yang tidak kita sadari, nikmat yang nampak maupun yang tersembunyi dari penglihatan dan perasaan kita. Sholawat dan salam bagi Rasulullah SAW beserta keluarga beliau, sahabatnya dan orang-orang yang mencintai serta mengikuti keteladanan beliau.
Saudaraku, sebulan sudah ramadhan berlalu dari kehidupan kita, waktu berjalan terus tanpa mampu kita menghentikan sedetikpun waktu yang ada dihadapan kita. Ramadhan berlalu dengan segala penuh suasana suka cita ketaatan kita kepada Allah SWT. Ketika memasuki bulan suci ramadhan hati dan perasaan kita begitu berbunga-bunga serta penuh kebahagiaan menyambut datangnya tamu istimewa ini. Berbondong-bondong orang tua-muda, remaja, pemuda dan anak-anak segera memenuhi rumah-rumah Allah dengan wajah bersinar penuh kemesraan dan kesenangan karena bulan yang di nanti telah tiba.

Saudaraku ketika bulan suci tiba, tanpa di sadari diri kita begitu akrab dan dekat dengan Allah sang maha pencipta. Allah perintahkan diri kita tidak makan, minum, berhubungan suami istri hingga matahari terbenam dan diri kita pun larut dalam ketaatan kepada perrintah-Nya. Rasulullah memerintahkan agar diri kita memperbanyak do’a memohon ampunan dan memohon tempat kembali kelak adalah tempat yang terbaik dan kita pun larut dalam munajat dan do’a yang di contohkan Rasulullah SAW. “Allahuma innaka affuwun karim, tuhibul afwa wa’ fuanna ya kariim. Allahuma inna nasaluka ridhoka wal jannah, wanaudzubika min syakhotika wannar”, kita panjatkan do’a tersebut bersama-sama ataupun sendirian terasa nikmat sekali. 

Saudaraku, tidakkah terasa nikmat dan syahdunya bulan Ramadhan pada diri kita, keluarga dan lingkungan disekitar kita? Ketika ramadhan diri kita begitu bersih dan akrab dengan air wudhu yang kita basuh pada anggota badan agar tidak semata-mata bersih secara dzohir namun ada kesejukan yang mengaliri pembuluh darah hingga hati kita terasa sekali ketenangan dan keteduhan itu. Ketika ramadhan ringan sekali diri kita melakukan begitu banyak aktifitas-aktifias amal kebaikan. Mudah sekali diri kita memberikan infaq, shodaqoh dan amal-amal kebajikan lainnya tanpa diminta dan tanpa dipaksa. Ringan, mudah dan cepat sekali berkejaran mengambil peluang kebaikan yang tersedia. Memberi makan dan minum bagi orang yang berpuasa, bagi orang-orang yang kehausan dan juga kelaparan.

Saudaraku, ketika ramadhan suasana harmonis penuh kebahagiaanpun tanpa kita sadari menghinggapi pada keluarga dan orang-orang yang ada di rumah kita. Sahur dan juga berbuka puasa mengikuti jadwal Allah. Berkumpul bersama orang tua, suami, istri anak-anak dan seisi rumahpun merasakan kemanisan bercengkrama penuh kasih dan sayang. Terasa sekali kebahagiaan berumah tangga, tidak ada percekcokan, amarah, kedengkian, ketakutan dan lain-lain. Suasana ramadhan betul-betul mengubah prasangka-prasangka jahat menjadi kerinduan dan cinta seorang ayah kepada anak-anaknya, suami kepada istri, kakak terhadap adik dan seterusnya. Terasa sekali suasana baiti janati, rumahku syurgaku. Ingin sekali cepat kembali ke rumah melepas lelah dengan bermain bersama anak-anak, bercerita tentang pengalaman indah mencari rizki bersama istri dan juga orang tua. Kepenatan pun hilang seiring tawa canda bersama orang-orang yang kita rindukan kebersamaannya.

Saudaraku, ketika ramadhan suasana kebersamaan dan persatuan dengan lingkungan sekitar begitu kental terasa. Tegur sapa, tersenyum, keakraban dan berbagi cerita kecil selepas ibadah-ibadah yang kita lakukan terasa begitu nikmatnya. Aduhai betapa nikmatnya bila kehidupan ini dikelilingi oleh orang-orang yang menginginkan kebaikan-kebaikan terus-menerus yang menatap dan bercakap dengan penuh kelembutan kasih sayangnya. Ketika ramadhan kita bersemangat dan bersatu padu menebar kebaikan-kebaikan, terasa sekali semangat ringan sama dijinjing berat sama dipikul yang terkadang jarang kita jumpai diluar bulan suci ramadhan.


Saudaraku, inilah kebahagiaan hakiki orang-orang beriman, senantiasa ingin dikelilingi oleh orang-orang soleh yang dapat meluruskan dan mengingatkan ketika diri ini khilaf dan tersalah langkah. Agama ini menginginkan agar umatnya senantiasa dalam kebersamaan, dalam semangat ukhuwah islamiyah, semangat persaudaran bukan karena nasab, keturunan, suku bangsa ataupun bahasa, namun semangat persaudaraan karena Allah SWT, semangat persaudaraan ingin saling memperbaiki antar sesama. Perbedaan latar belakang yang ada di masyarakat lebur karena yang menjadi tujuan kebersamaan kita bukan lagi kepentingan pribadi ataupun golongan, namun kebersamaan yang kita rasakan adalah semangat penuh kasih sayang persaudaraan karena Allah seperti yang telah di contohkan oleh Rasulullah, sahabat dan para orang-orang yang mengikuti petunjuk Allah SWT. Persaudaraan karena keimanan kepada Allah, persaudaraan dan persahabatan yang tidak terbatas di dunia namun hingga berjumpa kembali di akhirat kelak. Persaudaraan yang mengedepankan prasangka baik, kelemah lembutan penuh kasih sayang di antara kita. Persaudaraan yang penuh senyum dan wajah ceria penuh keberkahan karena senantiasa terbasuh air suci, wajah yang senantiasa bersujud memohon ampunan Allah SWT.

Saudaraku, di bulan suci ramadhan pula diri kita di didik dan di biasakan untuk memiliki kepedulian terhadap sesama. Kita diwajibkan membayar zakat fitrah atas diri kita, ditunaikan dengan memberi beras ataupun uang senilai dengan beras yang dikeluarkan. Pelajaran dan juga tuntunan agar diri kita tidak menjadi pribadi yang egois, yang hanya mementingkan dan memikirkan kesenangan diri sendiri. Dengan zakat, infaq dan shadaqah yang kita keluarkan tanpa disadari kita telah membuat orang-orang yang tertimpa kesulitan hidup tersenyum penuh kelegaan. Berkurang kekhawatiran menyambut hari raya karena ketakutan tidak memiliki apa-apa. Inilah tuntunan dan juga tuntutan agama kita, menuntun dan juga menuntut diri kita agar selalu ada keinginan membantu, menolong dan meringankan kesulitan dan penderitaan orang lain. Dan di bulan ramadhan kita mampu melakukannya, tidak sekedar teori dan konsep kebajikan namun betul-betul kita laksanakan seruan tersebut, mengeluarkan sebahagian rizki-rizki yang Allah berikan kepada kita dengan harapan Allah meridhoi dan memberkahi usaha-usaha yang kita lakukan dalam membantu sesama.

Saudaraku, sungguh kehidupan ramadhan adalah miniatur islam yang kita rasakan kebaikan-kebaikannya, terhadap diri sendiri, keluarga dan juga masyarakat. Bila kita menyadari bahwa agama ini menuntun diri kita keluar dari masalah yang kita hadapi alangkah indahnya hidup ini. Islam adalah jawaban bagi permasalahan yang dihadapi umat manusia saat ini. Kebodohan, kemiskinan, penindasan, dan kezaliman yang dirasakan kaum muslimin hari ini tidak lain dan tidak bukan karena kita tidak menjadikan agama sebagai petunjuk kehidupan. Kita menjadikan agama yang mengikuti kehendak diri kita bukan diri kita yang mengikuti kehendak agama. Kita jadikan Allah mengikuti keinginan kita bukan diri kita yang patuh, tunduk dan taat kepada keinginan Allah SWT.
Saudaraku, mari berlatih dan bersabar dalam melakukan ketaatan kepada Allah. Sungguh hasil kesabaran dan keistiqomaha melakukan ketaatan kepada Allah lebih manis dari madu, tidak hanya nanti di akhirat namun juga disini di dunia kita hari ini. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadanya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.” (QS. Al Bayinah : 8)

Saudaraku, mari berlatih dan bermujahadah menyisihkan rizki yang Allah titipkan untuk membantu dan meringankan kesulitan yang dirasakan saudara-saudara kita yang lebih berkesusahan. Kesulita hidup yang mereka hadapi tidak sekedar menjelang hari raya idul fitri, namun disetiap hari yang mereka jalani ada ketakutan dan kekhawatiran bila kebutuhan sehari-hari tidak terpenuhi. Orang haus dan lapar tidak hanya di bulan ramadhan. Orang menangis dan merintih karena biaya kesehatan yang semakin tidak terjangkau setiap waktu. Wajah-wajah sedih orang tua yang tidak mampu membiayai kebutuhan-kebutuhan sekolah anak-anak mereka setiap saat. Mari bergandengan tangan bahu-membahu saling membantu dan meringankan, karena agama ini mengajarkan agar diri kita tidak menjadi pribadi yang egois, pribadi yang hanya mementingkan kesenangan hidup sendiri. Bila kita tidak perduli dengan penderitaan dan kesulitan orang lain, ingatlah kita memiliki orang tua, suami, istri dan anak-anak yang suatu hari kelak bisa jadi nasib mereka jauh lebih buruk dari yang kita bayangkan selama ini. Mari hidupkan ramadhan setelah bulan ramadhan berlalu, wallahu a’lam (DA)

No comments:

Post a Comment