Pembicaraan tentang wabah penyakit (n2019Co) yang begitu
dikhawatirkan penyebaran dan penjangkitannya telah menghiasi berbagai forum
saat ini, antara forum yang sekadar obrolan berisi candaan, forum yang berisi
informasi dan nasihat, atau berbagai motif yang mewarnai pembicaraan seputar
wabah penyakit ini.
Sikap Muslim Saat Terjadi Musibah
Satu hal yang menjadi kewajiban setiap muslim di setiap kondisi
dan waktu ketika menghadapi berbagai peristiwa dan musibah adalah memohon
perlindungan kepada Allah Jalla wa ‘Alaa dan menjadikan
motifasi dalam mendisuksikan, memecahkan, dan menanggulangi hal tersebut
berdiri di atas ketentuan yang sejalan syari’at, prinsip agama yang baku, rasa
khauf (takut) kepada Allah Ta’ala dan merasakan
pengawasan-Nya.
Berikut enam renungan yang berkaitan dengan topik yang
sangat menyita perhatian orang akhir-akhir ini:
Renungan Pertama
Setiap muslim berkewajiban berlindung dan bertawakkal kepada
Rabb-nya, Allah Jalla wa ‘Alaa di segala kondisi. Dia yakin
bahwa segala urusan berada di tangan-Nya seperti yang difirmankan Allah,
“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan
izin Allah, dan setiap orang yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan
memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” [QS.
At-Taghabun: 11].
Renungan Kedua
Setiap muslim berkewajiban “menjaga” Allah, yaitu dengan menjaga
ketaatan kepada-Nya, dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah.
Hal ini diwasiatkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada
Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma dalam sabdanya,
”Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah,
niscaya engkau menjumpai pertolongan Allah ada di hadapanmu”. [HR.
At-Tirmidzi].
Renungan Ketiga
Syari’at islam mengajarkan pemeluknya untuk mengerahkan berbagai
upaya dan memotivasi mereka untuk berobat. Berobat dan mencari kesembuhan
tidaklah bertentangan dengan tawakkal kepada Allah Ta’ala.
Di bidang pengobatan yang bersifat preventif, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“Setiap orang yang memakan tujuh butir kurma ‘ajwah di pagi hari,
niscaya tidak akan terganggu oleh racun dan sihir di hari itu”. [HR.
Al-Bukhari].
Renungan Keempat
Setiap muslim berkewajiban tidak mudah hanyut mengikuti informasi
bohong (baca: hoaks), karena dalam kondisi ini sebagian orang justru
mempromosikan atau menyebutkan berbagai info yang tidak valid dan fiktif,
sehingga timbullah kekhawatiran dan ketakutan yang tak berdasar di
tengah-tengah manusia. Setiap muslim sepatutnya tidak mudah mempercayai rumor
yang beredar, namun mengatasinya dengan kesempurnaan iman, yakin, dan tawakkal
kepada Allah Ta’ala.
Renungan Kelima
Sesungguhnya musibah yang menimpa manusia, baik terjadi pada
kesehatan, keluarga, anak, harta, perniagaan, dan selainnya, apabila dihadapi
dengan sikap bersabar dan berharap pahala Allah, maka hal itu justru akan
mengangkat kedudukannya di sisi Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman,
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah
berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila
ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”
. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka
dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” [QS. Al
Baqarah: 155-157].
Renungan Keenam
Sesungguhnya musibah terbesar bagi hamba adalah musibah agama.
Musibah agama adalah musibah terdahsyat yang dialami hamba di dunia dan
akhirat. Musibah tersebut merupakan puncak malapetaka yang nyata. Dengan
demikian, apabila seorang muslim mengingat hal ini di saat mengalami musibah
dunia, niscaya dia akan memuji Allah atas karena agamanya masih selamat.
Al-baihaqi meriwayatkan dalam Syu’ab al-Iman dari Syuraih
al-Qadhi rahimahullah bahwa beliau pernah berkata,
“Sesungguhnya aku memuji Allah dalam empat hal ketika diriku
ditimpa musibah. Pertama, aku memuji-Nya karena musibah ini tidak lebih besar
dari apa yang menimpa. Kedua, aku memuji-Nya karena menganugerahkan kesabaran
padaku dalam menghadapinya. Ketiga, aku memuji-Nya karena membimbingku untuk
mengucapkan istirja’ (ucapan innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun) demi
mengharapkan pahala. Keempat, aku memuji-Nya karena tidak menjadikan musibah
itu terjadi pada agamaku.”
Memohonlah kepada Allah Ta’ala agar Dia
memelihara kita semua dengan penjagaan-Nya dan menganugerahkan keselamatan
agama, dunia, keluarga, dan harta kepada kita. Sesungguhnya Dia adalah Dzat
Yang Maha Mendengar, Maha Dekat, dan Maha Mengabulkan.
sumber: muslim.or.id
No comments:
Post a Comment