Sunday, July 23, 2023

Gadis penjual susu dan cara Umar bin Khattab mempersiapkan generasi



Dua umar bagi  umat Islam, bukanlah nama yang asing, yaitu Umar bin Abdul Aziz dan kakeknya Umar bin Khattab.  Pada awal kenabian, Umar bin Khattab adalah orang yang sangat menentang kenabian Nabi Muhammad Saw.

Akan tetapi,  siapa yang menyangka, bahwa  Alloh menghadirkan hidayah di hati Umar, sehingga hatinya luluh dan beliau memeluk Islam. Bukan hanya itu, Umar juga menjelma menjadi orang yang terdepan dalam membela dan mensyiarkan agama Islam.

Begitupun Umar bin Abdul Aziz sang Khalifah yang melegenda dikenal dengan keadilannya. Sehingga pada masanya, tidak ada lagi mustahik yang mau menerima zakat. Karena semua rakyatnya makmur dan tercukupi segala kebutuhannya.

Umar bin Abdul Aziz dan Umar bin Khattab ternyata memiliki pertalian nasab. Umar bin Khattab adalah kakek buyut dari Umar bin Abdul Aziz. Pertalian nasabnya, berasal dari pihak ibunya yakni Laila binti Ashim bin Umar bin Khattab.

Ayah Umar bin Abdul Azis ialah putra dari Abdul Aziz bin Marwan bin Hakam salah satu gubernur piliahan dari Bani Umayyah. Yang dikenal dengan laki-laki Sholeh, pemberani dan sangat dermawan.
Ia pernah menjabat gubernur Mesir lebih dari dua puluh tahun. Diantara bukti keshalihan dan kebersihan hatinya adalah; ketika dia hendak menikah,  ia memanggil orang kepercayaannya dan berkata "kumpulkan empat ratus Dinar dari hartaku yang halal, aku ingin menikah dengan seorang wanita dari keluarga yang shalih".

Ibunya adalah Ummu Ashim atau nama aslinya Laila binti Ashim bin Umar bin Khattab, cucu Umar bin Khattab dari anaknya Ashim bin Umar bin Khattab seorang ahli fikih yang mulia lahir pada zaman kenabian. 

Laila adalah anak dari pernikahannya dengan dengan Jamilah binti Tsabit bin al-aqlah al-anshariyah. Kisah pernikahan Ashim dan Jamilah sangat unik dan menarik. 

Diriwayatkan Abdullah bin Zubair bin Aslam dari bapaknya dari kakeknya Aslam, "pada suatu malam aku sedang menemani Umar bin Khattab berpatroli di Madinah. 

Ketika beliau merasa lelah, beliau bersandar di dinding sebuah rumah, waktu menunjukkan tengah malam. Beliau mendengar seorang wanita berkata kepada putrinya, "wahai putriku, campurlah susu itu dengan air". Putrinya menjawab, "wahai ibunda apakah engkau tidak mendengar maklumat Amirul Mukminin hari ini?"

Lalu sang ibu bertanya, "wahai putriku, apa maklumatnya? Putrinya berkata, "Dia memerintahkan petugas untuk mengumumkan, hendaknya susu tidak dicampur dengan air".

Ibunya berkata "lakukan saja, campurlah susu itu dengan air, kita sedang tidak dilihat oleh Umar dan petugasnya". Lalu gadis itu menjawab, "Ibu, tidak layak bagiku menaati Amirul Mukminin didepan khalayak namun aku menyelisihinya di belakangnya.

Setelah mendengar semua percakapan tersebut lalu Umar berkata kepada Aslam, "tandai pintu rumah ini dan ingatlah tempat ini". Lalu Umar bergegas melanjutkan patrolinya.

Di pagi harinya Umar berkata kepada Aslam, "pergilah kerumah tadi malam, cari tahu siapa wanita yang berkata demikian itu, dan kepada siapa dia berkata? Apakah keduanya mempunyai suami?". 
Lalu Aslam bergegas menuju rumah itu dan ternyata wanita itu belum bersuami dan ibunya adalah seorang janda ternyata  lawan bicara wanita itu adalah ibunya. Lalu Aslam  pulang kerumah Umar dan mengabarkan hal tersebut, kemudian Umar memanggil putra-putranya dan berkata, "adakah diantara kalian yang ingin menikah?". 

Ashim menjawab, "ayah aku belum beristri, nikahkanlah aku". Maka Umar maminang gadis itu dan menikahkannya dengan Ashim. Dari pernikahan keduanya lahirlah Laila binti Ashim bin Umar bin Khattab yang kelak menjadi ibunya Umar bin Abdul Aziz. 

Umar bin Abdul Aziz memiliki sembilan saudara,  salah satunya adalah  Ashim yang kemudian menjadi kunyah ibunya yakni Ummu Ashim. Umar bin Abdul Aziz lahir di Madinah pada tahun 61 H, pada masa Yazid bin Muawiyah menurut Adz-Dzahabi. Ini adalah pendapat yang rajih manurut mayoritas ulama.

Umar bin Abdul Aziz dijuluki al-asyaj (yang terluka diwajahnya) atau Asyaj Bani Umayyah.  Dikisahkan diwaktu Umar kecil, ia masuk kekandang kuda milik ayahnya untuk melihat-lihat kuda, tiba-tiba seekor kuda menyepak wajahnya hingga terluka.

Lalu ayahnya menghampirinya dan mengusap dari luka diwajahnya seraya berkata, "Jika kamu adalah Asyaj Bani Umayyah,  maka kamu adalah orang yang paling bahagia".

Suatu ketika saudaranya Al-Ashbagh melihat bekas luka diwajahnya dan ia bertakbir "Allohu Akbar" seraya berkata, " Ini dia Asyaj Bani Marwan yang akan menjadi pemimpin atau dalam riwayat lain inilah Asyaj Bani Marwan yang akan berkuasa". 

Jauh sebelum Umar bin Abdul Aziz lahir sang kakek buyut Umar bin Khattab telah bermimpi bahwa salah satu dari keturunannya kelak akan menjadi pemimpin.

Sebagaimana yang diriwayatkan bahwa pada suatu malam Umar bin Khattab bermimpi, dia berkata, " Aduhai seandainya mimpiku adalah termasuk tanda salah seorang dari keturunanku yang akan memenuhinya dengan  keadilan setelah sebelumnya dipenuhi dengan kezaliman.  

Dalam riwayat yang  lain dikatakan bahwa Umar bin Khattab pernah berkata, " Diantara anak keturunanku terdapat seorang laki-laki dengan tanda di wajahnya, dia akan memenuhi bumi ini dengan keadilan".  

Mimpi Umar bin Khattab terulang beberapa kali sehingga mimpi tersebut masyhur dikalangan masyarakat kala itu. Diriwayatkan abdulah bin Umar " Pada awalnya keluarga Al-khattab mengira bahwa Bilal bin Abdullah lah laki-laki yang dimaksudkan oleh Umar  karena ia juga memiliki tanda diwajahnya, hingga Alloh kemudian menghadirkan Umar bin Abdul Aziz".

Bukti rajihnya  menurut para ulama adalah ketika ayah Umar bin Abdul Aziz mengusap darah yang keluar dari luka di wajahnya dan kata saudaranya ketika melihat tanda luka diwajah Umar bin Abdul Aziz.

Bane Difa

No comments:

Post a Comment