Dari Ibnu Umar ra, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda :
“Jika engkau di waktu sore janganlah menunggu hingga
pagi, jika engkau di waktu pagi janganlah menunggu hingga sore. Pergunakanlah
waktu sehatmu sebelum engkau sakit dan pergunakanlah waktu hidupmu sebelum
engkau mati.”
(HR. Bukhari)[1]
Bismillahirrahmanirrahiim,
Alhamdulillah kita bersyukur atas nikmat yang terus
mengalir dalam kehidupan ini, nikmat yang begitu banyak salah satunya adalah
nikmat diberikan kesempatan usia hingga hari ini. Semoga kita dapat menjadi
hamba yang terus bersyukur atas melimpahnya kenikmatan yang
ada pada diri kita, aamiin yaa Rabbal
‘aalamiin. Tidak lupa kita banyak bersholawat di hari yang penuh dengan
keagungan, keberkahan dan ampunan ini Allahuma
sholi ‘alaa sayidina Muhammad wa ‘alaa aali sayidina Muhammad.
Tibalah kita di bulan pertama di tahun yang baru dalam
kalender hijriyah, bulan Muharam 1445 H. Bulan Muharam masih termasuk bulan
yang dimuliakan oleh Allah (bulan-bulan haram) selain bulan Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Rajab. Dibulan Muharam ini hendaklah
kita terus meningkatkan dan memperbanyak
amalan-amalan yang semakin mendekatkan diri kita kepada Allah. Karena
nilai amal yang dilakukan dibulan-bulan haram lebih disenangi dan dicintai oleh
Allah SWT.
Salah satu amalan yang dapat dilakukan dibulan Muharam
adalah puasa sunah tanggal 9 dan 10 Muharam. Puasa yang dilakukan tanggal 9
Muharam disebut dengan puasa tasu’a dan puasa pada tanggal 10 Muharam disebut
dengan puasa Asyura. “Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ditanya mengenai
keutamaan puasa Arafah? Beliau menjawab, ”Puasa
Arafah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.”
Beliau juga ditanya mengenai keistimewaan puasa ’Asyura? Beliau menjawab, ”Puasa ’Asyura akan menghapus dosa setahun
yang lalu.”.[2]
Imam Asy Syafi’i dan ulama Syafi’iyyah, Imam Ahmad, Ishaq
dan selainnya mengatakan bahwa dianjurkan (disunnahkan) berpuasa pada hari
kesembilan dan kesepuluh sekaligus; karena Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam
berpuasa pada hari kesepuluh dan berniat (berkeinginan) berpuasa juga pada hari
kesembilan. [3]
Ibnu Rajab mengatakan, ”Di antara ulama yang menganjurkan
berpuasa pada tanggal 9 dan 10 Muharram sekaligus adalah Imam Asy Syafi’i, Imam
Ahmad, dan Ishaq. Adapun Imam Abu Hanifah menganggap makruh jika seseorang
hanya berpuasa pada hari kesepuluh saja.”[4]
Selain
ibadah puasa, di tahun baru ini marilah kita banyak bermuhasabah,
mengintrospeksi diri kita sendiri. Catatan amal di tahun lalu (1444 H) telah
ditutup, seluruh amal baik maupun amal buruk yang dilakukan telah tercatat
dengan sempurna tidak ada yang dapat merubah catatan amal kita kecuali kita
bertaubat dan memperbaiki kesalahan-kesalahan kita di masa lalu.
Selagi
umur masih ada, selagi masih di awal buku catatan yang baru marilah bertekad
mengisi lembaran-lembaran buku amal kita dengan tinta emas kebaikan dan
ketaatan kepada Allah SWT. Yang lalu biarlah berlalu, menjadi pengalaman untuk memperbaiki
diri hari ini dan masa yang akan datang.
Taubat
adalah kembali kepada Allah dari perkara yang Dia benci secara lahir dan batin
menuju kepada perkara yang Dia senangi. Menyesali atas dosa yang telah lalu,
meninggalkan seketika itu juga dan bertekad untuk tidak mengulanginya kembali.
Taubat adalah tugas seumur hidup.[5]
Maka
kewajiban bagi seorang muslim apabila terjatuh dalam dosa dan maksiat untuk
segera bertaubat, tidak menunda-nundanya, karena dia tidak tahu kapan kematian
akan menjemput. Dan juga perbuatan jelek biasanya akan mendorong untuk mengerjakan
perbuatan jelek yang lain. Apabila berbuat maksiat pada hari dan waktu yang
penuh keutamaan, maka dosanya akan besar pula, sesuai dengan keutamaan waktu
dan tempatnya. Maka bersegeralah bertaubat kepada Allah.[6]
Hasbunallah
wa ni’mal wakil, ni’mal mawla wa ni’man nashir.
Abiyelkahfi
@masjid ashabul kahfi/3 Muharam 1445 H
No comments:
Post a Comment